Jantung berdebar-debar dan sesak napas
memberikan isyarat bagi Mei Liou untuk segera berbaring. Ia
tergopoh-gopoh meninggalkan pekerjaan rumahtangganya. Sejak dokter di
Chinese Herbs Medical Hospital memvonis jantung koroner, Mei seperti
terbelenggu. Celakanya, perempuan 54 tahun itu juga mengidap insomnia.
‘Meskipun musik pengantar tidur sudah disetel, saya baru bisa tidur
pukul 03.00 dinihari dan terbangun pukul 05.00.’
Tidur rata-rata 2 jam sehari kian
memperlemah kesehatan Mei Liou sehingga serangan jantung lebih kerap
terjadi. Berbagai upaya demi kesembuhan ditempuh ibu 3 anak itu. Ia
rutin mengkonsumsi obat berupa 6 jenis pil untuk mengatasi jantung
koroner, tetapi, ‘Saya makin sengsara. Sering sesak napas,’ katanya.
Sejak 2005-2 tahun setelah vonis jantung koroner-warga Pingtung Utara,
Taiwan, itu juga mencoba pengobatan herba. Namun, kesembuhan ibarat
jauh api dari panggang.
Harapan sembuh itu muncul pada sebuah
siang ketika ia mendengarkan radio. Dari media audio itu ia mengetahui
cryptomonadales ampuh mengatasi beragam penyakit degeneratif seperti
jantung koroner. ‘Saya pikir harus mencobanya karena berbagai obat yang
sudah saya konsumsi tidak menyembuhkan,’ katanya ketika ditemui Trubus
di Taichung, 3 jam bermobil dari Taipei, Taiwan, pada 3 April 2007.
Sejak September 2006 Mei Liou rutin mengkonsumsi 15 tablet
cryptomonadales 3 kali sehari.
Baru juga konsumsi sepekan, khasiat
cryptomonadales terasa. ‘Saya bisa tidur pukul 23.00,’ ujar Mei dengan
mata berbinar. Sebulan berselang, jantung berdebar-debar dan sesak
napas tak pernah terjadi. Dalam 8 bulan terakhir, gangguan kesehatan
itu hilang. ‘Saya merasa lebih bugar dan bertenaga,’ ujar Mei. Ia bukan
satu-satunya pasien yang merasakan faedah cryptomonadales. Tandjung
Suryani di Waru, Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, lolos dari penyakit
leukopenia. Kadar leukosit Tandjung cuma 2.000/mL; normal minimal
4.000/mL.
Padahal, sebelumnya, Tandjung mencari
kesembuhan hingga ke rumahsakit di Singapura. Pada awal Desember 2006,
nenek 10 cucu itu mulai mengkonsumsi 15 tablet cryptomonadales 3 kali
sehari. Hasil pengecekan dokter setelah sebulan konsumsi pada 2 Maret
2007, leukosit perempuan 70 tahun itu 3.560/mL.
Salah golongan?
Salah golongan?
Selain Mei Liou dan Tandjung Suryani,
Trubus menemukan banyak pasien lain di Taiwan dan Indonesia yang sembuh
berkat cryptomonadales. Sekadar menyebut beberapa pasien yang sembuh
secara empiris adalah Ang Jia Cheng yang mengidap asam urat, Sri
Indrawati (diabetes mellitus), Mariam Fatima (hipertensi), Chiang Chen
Long (kanker hati), Chih Loung (kolesterol), Tan Swie Ha(myoma), dan
Chang Lie Zie (parkinson). Sembuhnya kanker dan kolesterol malah
terbukti secara klinis. Kehadirannya benar-benar menghebohkan dunia
kedokteran Taiwan.
Harap mafhum, tumbuhan supermini
berukuran 7 mikron-seukuran debu-itu justru berkhasiat besar: membantu
mengobati beragam penyakit maut. Itulah hasil riset Prof Wang Shun Te
selama 30 tahun. Mantan guru besar Pingtung Technologi University di
Taiwan itu menggolongkan cryptomonadales ke dalam genus Chlorella
dengan nama ilmiah Chlorella sorokiniana. Menurut Dra Nining Betawati
Prihantini MSi, peneliti alga dari Universitas Indonesia, chlorella
tidak termasuk dalam ordo Cryptomonadales, tetapi Chlorococcules.
‘Cryptomonadales Chlorella sorokiniana
dikatakan memiliki pigmen biru atau fikosianin. Chlorella seharusnya
tidak memiliki fikosianin. Yang memiliki pigmen biru adalah divisi
Cyanophyta, Rodophyta, dan Cryptophyta,’ ujar master Fikologi (Ilmu
Alga) alumnus University of Tsukuba Jepang. Pendapat serupa disampaikan
oleh Dian Hendrayanti MSi, dosen Biologi Universitas Indonesia, dan
Prof I Nyoman Kabinawa, ahli alga Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI.
Oleh karena itu Nining Betawati
cenderung menggolongkan cryptomonadales ke dalam Cryptophyta lantaran
dinding sel tipis dan berbentuk elips. Dari sisi ukuran yang mini,
cryptomonadales mirip spirulina dan chlorella yang lebih dulu sohor di
tanahair sebagai pangan kesehatan. Yang disebut pertama sudah sejak 400
tahun silam digunakan sebagai pangan tradisional.
Menurut Nining Betawati, secara fisik
terdapat perbedaan antara cryptomonadales, spirulina, dan chlorella.
‘Spirulina itu tergolong Cyanobacteria atau Cyanophyta dan dinding
selnya tidak sejati atau eukariota. Sedangkan chlorella dan
cryptomonadales berdinding sejati atau prokariota. Dinding
cryptomonadales paling tipis dibanding yang lain,’ ujar perempuan
kelahiran Yogyakarta 4 Agustus 1963 itu. Hasil riset Brec L Clay dari
Departemen Biologi, Colorado State University, cryptomonadales memiliki
pigmen lebih banyak dibanding alga lain. Jika chlorella hanya mempunyai
pigmen hijau atau klorofil; spirulina, pigmen biru alias fikosianin;
cryptomonadales, mempunyai keduanya.
Spektakuler
Terlepas dari penggolongan itu,
cryptomonadales terbukti sebagai panasea-sebuah obat yang mampu
mengatasi beragam penyakit. Bagaimana duduk perkaranya? Menurut dr
Ih-Jen Su PhD, dosen Fakultas Kedokteran National Cheng Kung University
Taiwan, kandungan senyawa aktif, gizi, dan mineral tumbuhan bersel satu
itu amat lengkap. Alumnus Harvard Medical School itu mengungkapkan,
cryptomonadales sebagai pangan kesehatan abad ke-21.
‘Kandungan crypto sangat lengkap dan
bagus sekali untuk membangun jaringan sel,’ ujar dr Yayan Sri Biyantoro
Dwiputro di Surabaya. Ih- Jen Su dan Yayan Sri Biyantoro tak
berlebihan. Yang paling spektakuler dari cryptomonadales adalah
kandungan Peroxisome Proliferator Activated Receptors alias PPARs yang
ditemukan oleh Ih-Jen Su pada awal abad ke-21. Senyawa aktif itu
diperoleh dari ekstraksi nukleus atau inti sel cryptomonadales. Di
pasaran ekstrak PPARs dikemas dalam botol mungil bervolume 12 ml.
Ada 3 bentuk PPARs yakni alfa, gamma,
dan beta. Yang disebut pertama berperan ‘melindungi’ beberapa organ
vital seperti hati, ginjal, dan jantung. Sementara gamma ada di usus,
limpa, dan pankreas; beta, jaringan adiposa, otak, dan kulit. Menurut
dr Sidi Aritjahya, dokter sekaligus herbalis di Yogyakarta, PPARs
merupakan reseptor yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Nah,
obat-obatan seperti alga lazimnya bersifat proliferasi yakni
memperbanyak reseptor.
Fungsi lain PPARs untuk merangsang sel
T-bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh sel T ibarat macan
tidur yang harus ‘dibangunkan’ agar berperan melawan benda-benda asing
seperti virus. PPARs juga merangsang sekresi insulin sehingga baik
untuk mencegah diabetes.
Telanjang
Telanjang
Selain PPARs, tumbuhan superliliput itu
juga mengandung fikosianin seperti hasil riset dr Ih-Jen Su. Kepada
Trubus, dokter Su mengatakan, fikosianin sebagai antivirus dan tokcer
mencegah serangan kanker. Mekanisme untuk mengatasi serangan sel kanker
secara apoptosis. Dengan sederhana dapat digambarkan, fikosianin
memberikan ‘pisau tajam’ kepada sel kanker agar digunakan untuk bunuh
diri. Oleh karena itu apoptosis dikenal juga dengan istilah program
bunuh diri. Itulah yang dialami Chang Chen Long, pengidap kanker hati
stadium IV.
Antivirus dalam alga bekerja secara
tidak langsung. Maksudnya, ia tidak merusak atau mematikan virus,
tetapi menghambat perkembangbiakannya. Sementara Yu-Sheng Chao PhD,
peneliti Bioteknologi dan Farmasi National Health Research Institute
mengungkapkan, fikosianin juga berfaedah sebagai antioksidan yang
membangun sistem kekebalan tubuh. Caranya dengan meningkatkan aktivitas
limfosit.
Menurut Dr Suprapto Ma’at Apt dari
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, fungsi sistem imun adalah
pertahanan. Artinya, menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit.
Selain itu sistem imun juga membersihkan sel-sel yang mati. ‘Fikosianin
sangat baik untuk imunitas, antikanker, dan penyakit generatif
lainnya,’ ujar Kabinawa. Keistimewaan lain, dinding sel tumbuhan itu
amat tipis sehingga oleh para peneliti disebut alga telanjang lantaran
saking transparannya.
Prof Kabinawa menduga, dinding sel itu
tersusun dari bahan asam muramat dan peptidoglikan yang mudah dicerna
secara monogastrik, tanpa harus dipecah. Keadaan tipisnya dinding sel
itu juga menguntungkan. Karena berdinding sel tipis, ‘Daya serap
cryptomonadales sangat tinggi, 95%. Sementara chlorella hanya 50-70%.
Jadi jika kita mengkonsumsi chlorella hanya 70% kandungan yang dapat
kita serap. Makanya jika kita mengkonsumsi 100 tablet chlorella sama
dengan 73 tablet cryptomonadales,’ ujar dokter Su.
In chao-nama lokal cryptomonadales di
Taiwan-mengandung klorofil hingga 4%. Kadar itu luar biasa tinggi untuk
ukuran alga. Faedahnya? Menurut Dr Dyah Iswantini Pradono, ahli
biofarmaka Institut Pertanian Bogor, klorofil sebagai antikanker dan
antiasamurat. Flavonoid bahan bioaktif pada tanaman itu juga sangat
penting untuk memperlancar dan pembentuk sel darah merah.
Tren
Tren
Keunggulan lain, cryptomonadales
mengandung CGF (chlorella growth factor). Tak semua alga mempunyai
kandungan growth factor yang penting untuk mengaktifkan sel-sel tubuh
sehingga fungsi metabolisme berjalan normal. CGF menentukan daya
regenerasi sel. Dengan sederet keistimewaan itu para peneliti menyebut
cryptomonadales sebagai rajanya alga. Di Indonesia, in chao mulai
diperkenalkan sejak akhir 2006 dan kini menjadi sandaran kesembuhan
bagi pasien. Dokter-dokter di tanahair seperti dr Yayan Sri Biyantoro
yang berpraktek di Blitar dan Surabaya serta dr Sri Budiwati (Sidoarjo)
juga meresepkan cryptomonadales bagi pasien beragam penyakit misalnya
kanker, hipertensi, diabetes mellitus, dan asam urat.
Hasil lacakan Trubus, di Indonesia
terdapat 3 distributor yang mengedarkan beberapa merek seperti tablet
Crypto Force, kapsul Crypto Life, Crypto PPARs, CM Green, dan Everwell.
Menurut Willy Taruna dari Smart Life, cryptomonadales yang dipasarkan,
‘Sangat diterima konsumen.’ Sayang, ia enggan mengungkapkan volume
penjualan, tetapi hanya menyebut, ‘Kenaikannya 3 kali lipat.’ Produsen
lain PT Lasindo Bintang Sejahtera di Surabaya menolak wartawan Trubus
Kiki Rizkika ketika hendak diwawancarai. PT Nunza International,
distributor lain, yang berkantor di Menara Kebonsirih, Jakarta Pusat,
sudah pindah.
Di tanah leluhur, in chao digunakan
secara meluas. Produk itu dapat dibeli bebas di berbagai tempat,
termasuk toko herba. Cosmed, toko obat di Taichung, menjual setidaknya
2 botol terdiri atas masing-masing 300 tablet per hari. Banyak dokter
di Pulau Formosa yang meresepkan cryptomonadales kepada para pasien
berbagai penyakit.
Di pulau yang bentuknya mirip daun
tembakau itu setidaknya terdapat 4 rumahsakit yang dokter-dokternya
meresepkan in chao. Dua di antaranya adalah Mackay Memorial Hospital
dan Catholic Hospital. Saat ini cryptomonadales diperniagakan di 21
negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, dan Denmark. Pada 2006
Wang Shun Te, penemu panasea itu, meraup pendapatan US$100-juta setara
Rp910-miliar.
Aman
Menurut Ih-Jen Su yang meriset in chao,
produk itu tanpa efek samping. Hal senada diungkapkan Wang. Meski
didistribusikan meluas di berbagai negara dalam 4 benua, hingga saat
ini, komplain atas khasiat cryptomonadales belum pernah terjadi. Boleh
jadi lantaran peluncuran pangan kesehatan itu didahului riset praklinis
dan uji klinis, termasuk dosis hingga 10-15 tablet masing-masing 60
gram sehari. Bahkan, bagi bayi berumur 2 bulan sekali pun.
Itulah yang terjadi pada Lin Chin Chu
yang lahir di Fong San Hospital, Kaohsiung, pada 27 Januari 2007. Anak
pertama pasangan suami-istri Lin Liu Hai dan Zen Ying itu divonis tumor
di paha kanan pada hari kelahirannya. ‘Rasanya seperti pada musim
dingin dan dijatuhi salju. Semua badan kaku,’ kata Lin Liu, sang ayah,
mengenang peristiwa itu. Atas saran kerabat, Lin memberikan serbuk
cryptomonadales seujung kecil sepatula dan mencampurkan dalam 180 cc
susu. Frekuensi pemberian sekali sehari. Hasil pemeriksaan dokter,
benjolan merah seukuran bola pingpong itu pun hilang hanya dalam waktu
sebulan.
Meski begitu, tentu saja,
cryptomonadales tak sempurna. Menurut Kabinawa cryptomonadales yang
berukuran kecil sangat sulit dipanen dan diolah. ‘Untuk memisahkannya
perlu penyaring HDA minimal 100 buah. Itu pun hanya bisa menyaring
20-30%. Separator itu harganya miliaran rupiah. Berbeda dengan
spirulina yang dengan jaring saja sudah bisa dipanen,’ ujar Kabinawa.
Toh, dari sisi kesehatan
cryptomonadales yang supermini justru berkhasiat maksi. Beragam
penyakit, terbukti dapat disembuhkan. Itu didukung uji praklinis dan
sebagian uji klinis. Tumbuhan itu menjadi salah satu pilihan bagi siapa
pun yang ingin menjaga sekaligus mengatasi gangguan kesehatan. (Sardi
Duryatmo/Peliput: Andretha Helmina, Imam Wiguna, Kiki Rizkika, Nesia
Artdiyasa, & Rosy Nur Apriyanti).
Sumber : Majalah Trubus Mei 2007
No comments:
Post a Comment